Tipe-tipe anak, Setiap anak berbeda dan unik. Ada yang sulit, ada pula yang mudah beradaptasi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pukul tujuh tepat, bel berbunyi. Beberapa anak termasuk Zaki berteriak, "Horeee" Zaki-lah anak pertama yang memilih tempat didekat pintu masuk kelas, tempat anak-anak berbaris sebelum masuk kelas. Beberapa anak berjalan mengikuti Zaki dan mengambil tempat di belakangnya.
"Saya yang memimpin Bu Guru!" teriak Zaki sambil mengacungkan telunjuk tanpa diminta. Bu Guru pun memperbolehkan. Dengan gembira Zaki maju dan menghadap ke arah teman-temannya. Ibunya yang memandang dari kejauhan tertawa geli. Hanya dari kejauhan, karena Zaki memang tak mau ditunggui, "Malu Bu. Kata Bu Guru, anak yang berani sekolah sendiri berarti mujahid. Zaki kan kepingin jadi mujahid. Kata Ibu Guru mujahid itu pemberani seperti Satria Baja Hitam, begitu alasan Zaki.
"Siaap grak!" Suara keras Zaki memimpin barisan, termasuk Azzam. Bocah ini sebentar-sebentar menoleh mencari ibunya yang berdiri di belakang barisan, takut ditinggal. Dan ada seorang anak perempuan yang tak mau ikut berbaris, masih menempel erat pada ibunya. Wajah anak itu, Fira, tampak sangat tegang. Ketika diajak berbaris oleh Bu Guru, ia justru semakin erat mendekap pada ibunya. Terpaksa ibunya turut menyertainya, berdiri dalam barisan.
Ketika akhirnya anak-anak masuk kelas dan Bu Guru mulai bicara, ibu Fira terpaksa ikut jadi murid karena anaknya sama sekali tak mau beringsut darinya. Ibu Azzam cukup menunggu di luar kelas dekat jendela sehingga masih bisa terlihat kerudungnya oleh Azzam. Pernah sekali ia mencoba untuk berpindah tempat. Begitu kerudung ibunya hilang dari pandangan Azzam, bocak itu langsung lari keluar mencarinya. Akhirnya ibupun kembali duduk dekat jendela.
Lain lagi dengan ibu Zaki. Sejak dari rumah Zaki sudah wanti-wanti, "pokoknya ibu tidak usah nunggu Zaki". Ketika ibunya mencoba mengintip dari jendela dan kebetulan terlihat oleh Zaki, si calon mujahid ini langsung keluar kelas marah pada ibunya.
Perilaku Zaki, Azzam, dan Fira sudah cukup mewakili gambaran karakter anak pada umumnya. Zaki menjadi model anak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan suka mencoba sesuatu yang baru. Anak-anak seperti ini biasanya diistilahkan sebagai anak yang mudah.
Azzam tidak seberani Zaki. Untuk beradaptasi dengan lingkunganpun tidak segampang temannya itu. Model yang seperti ini disebut anak yang perlu waktu pemanasan. Sebaliknya yang masih takut seperti Fira diistilahkan anak yang sulit.
Anak Yang Mudah
Anak-anak golongan ini biasanya penampilan penuh keberanian dan terbuka. Tampil dan berbicara apa adanya. Mudah bergaul dengan orang-orang yang baru dikenalnya, lincah, serta banyak bicara. Mereka sama sekali tidak canggung berada dilingkungan baru. Bahkan beberapa dari anak-anak ini tergolong sangat aktif.
Secara sekilas orang tentu kagum, "Enak punya anak seperti Zaki" komentar ibu-ibu. "Tidak merepotkan" tambah ibu yang lain. Memang tidak merepotkan, karena di rumah pun Zaki lebih banyak main diluar. Ada segudang teman-temannya yang biasa ia datangi rumahnya, satu persatu setiap hari. Ia pulang hanya untuk makan dan tidur saja. Hanya sesekali ia mengajak temannya bermain di rumah.
Tetapi ada kelemahan pula pada anak-anak golongan ini. Karena saking mudahnya beradaptasi, jadi terlalu sering berpindah tangan pengasuh. Ini buruk akibatnya bagi dirinya sendiri. Seminggu tinggal bersama nenek, baru pulang sebentar dijemput tantenya untuk dibawa selama 7 hari pula.
Setiap orang tak pernah punya pola asuh yang sama. Batasan, larangan, cara memerintah, cara membujuk hingga nilai-nilai yang di sampaikan oleh ibu, tante dan nenek tidak akan pernah sama. Bahkan ada kalanya bertolak belakang. Semua itu hanya akan membuat anak bingung hingga pada akhirnya mereka jadi sulit diberi pengertian.
Selain itu karena sifat anak-anak ini yang suka mencoba hal baru, orang tua harus waspada terhadap barang-barang yang berbahaya. Zaki sendiri pernah mencoba memasukkan jarinya ke dalam kipas angin yang sedang berputar di rumah temannya. Tentu saja luka yang ia bawa pulang.
Anak Yang Perlu Pemanasan
Tidak terlalu berani, tidak pula takut. Yang jelas ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Setelah tenggang waktu tersebut, mereka telah memperolah kepercayaan dirinya kembali. Ia juga bisa menjadi begitu berani seperti teman-temannya yang 'Mudah'.
Dengan orang yang belum dikenal mereka hanya diam walaupun bukan berarti penakut. Tetapi setelah kenal mereka bisa saja segera akrab. Anak-anak ini perlu dorongan semangat dari orang tuanya. Mereka perlu diberi motivasi terlebih dahulu.
Tindakan orang tua yang terlalu memaksa bukan pemecahan masalah yang baik. Sering orang tua ingin menjadi anak-anak pemberani seperti anak 'Mudah'. Biasanya ketika anaknya masih menunjukkan gelagat ragu-ragu atau takut, mereka menjadi gusar. Lantas keluarlah dari mulutnya omelan, sindiran atau bahkan ancaman. Lebih parah lagi bila memaksakan anak yang sedang dalam proses penyesuaian untuk segera melakukan yang diminta orang tua.
Waktu pemanasan yang dibutuhkan oleh anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bisa dipersingkat dengan latihan-latihan. Sebelum anak dilatih dengan membawanya ketempat-tempat baru baginya, lebih baik bila diberi pengertian dan motivasi terlebih dahulu. Ini agar anak tidak terlalu terkejut dan sudah sedikit mengenal lingkungan baru tersebut lewat cerita ibunya.
Cara lain adalah dengan meningkatkan keberaniannya secara umum. Misalkan dengan jenis permainan tertentu yang memacu tumbuhnya keberanian. Juga dengan memperluas sosialisasi dan proses pergaulannya yang alami dengan teman-teman sebayanya.
Anak Yang Sulit
Anak ini sering makan hati orang tua. Membuat gemas, jengkel sekaligus malu. Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia membuntut, baju ibu tak pernah lepas dari genggamannya. Bila ada orang menyapa, ia justru menelusupkan wajah di sela-sela baju ibu, seakan-akan hendak masuk ke dalamnya.
Itulah Fira, si kecil mungil yang lembut ini tampaknya sama sekali tidak tertarik untuk bermain bersama teman-temannya. Ibunya heran, mengapa anaknya selalu mempunyai rasa takut dan khawatir yang berlebihan bila berada dilingkungan baru. Dengan orang-orang yang belum ia kenalnya sama sekali tak mau bicara. Padahal di rumah, di tengah keluarga, Fira adalah gadis yang lucu. Wajahnya yang imut-imut, tingkahnya yang jenaka, serta bibir tipisnya tek berhenti menceritakan satu demi satu teman-teman barunya. Siapa yang tak heran.
Ketika tiba di halaman sekolah, Fira kembali berubah menjadi gadis penakut, pasif, dan pemalu yang terus minta ditemi ibu duduk di kelas. Itu berlangsung selama pekan pertama. Seminggu berikutnya ibu boleh menunggu diluar kelas tetapi harus sambil berdiri didekat jendela sehingga nampak dari dalam.
Didalam kelaspun, ia belum tertarik untuk berkomunnikasi dengan teman-temannya pada minggu awal. Pertama kali ia mau bernyanyi didepan kelas setelah sebulan.
Satu-satunya yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini adalah menunggu waktu. Hanya waktu yang bisa menyelesaikan masalahnya. Tak ada gunanya capai-capai mendamprat, mengomel, atau ngotot memaksanya untuk jadi berani. Percuma, bikin sakit hati saja. Bahkan omelan, ejekan dan hinaan, dalam banyak kasus hanya akan menghilangkan rasa percaya diri si anak.
Banyak orang tua yang ingin menunjukkan kemampuan anak-anaknya di depan orang lain, menjadi gregetan gara-gara si anak tiba-tiba diam seribu bahasa, pemalu dan tampak bingung saat ditanya macam-macam. Padahal semua pertanyaan bisa dijawab dengan lancar di rumah.
Kemungkinan terlontar kejengkelan ibu, "Oo.. Fira tidak pintar. Lihat itu Rini dan Rinda.. Pintar.. mau bermain sendiri" atau "mama nggak mau belikan permen jika Fiar tak mau brhitung 1-10, tuh, tante kepingin tahu kalau Fira sudah pintar, Ayo berhitung dong.."
Adegan jadi tampak lucu. Sebenarnya anak-anak ini memang sudah tahu jawaban-jawaban dari aneka pertanyaan yang didengarnya. Tetapi mereka sedang malas menjawab, lantaran tak menyukai suasana yang seakan minilai dan menguji kepandaiannya. Yang sewot tentu saja orang tua karena merekalah yang sebenarnya ingin anaknya dipuji orang.
Penyebab utamanya perilaku yang "sulit" ini bisa karena faktor kurangnya keberanian, kurangnya latihan bersosialisasi dengan lingkungan, bisa juga faktor keturunan. Cara mengurangi rasa kekhawatiran yang berlebihan terhadap lingkungan baru adalah pembiasaan, pemberian pengertian, dan motivasi disamping meningkatkan keberanian secara umum.
Dari setumpuk kejengkelan yang harus dipendam orang tua menghadapi perilaku anaknya yang sulit ini, masih ada juga kelebihan yang mereka miliki. Sifat sulit beradaptasi dengan situasi yang baru membuat anak kerasan berada dirumah, senantiasa berada dekat ibunya.
Hubungan batin dengan ibu biasanya amat erat, sehingga lebih mudah bagi orang tua untuk mengarahkannya. Juga si anak tumbuh menjadi lebih sabar dan telaten, tidak terlalu lincah.
Mudah diarahkan ke segi-segi kognisi. Tetapi perkembangan keberaniannya bisa terhambat bila tidak segera ditangani perilakunya yang ketakutan secara berlebihan terhadap lingkungan baru.




Comment Info :
1. pilih emoticon untuk menggunakan emoticon
2. Pilih conversion untuk mengkonversi code
2. Gunakan url gambar jika ingin menggunakan gambar dalam comment.
ConversionConversion EmoticonEmoticon